Lopicic : Semua Berawal Dari Kota Samarinda
Nama Srdjan Lopicic sudah tak asing lagi bagi publik sepak bola Samarinda. Pemain yang akrab disapa Lopi tersebut pada musim 2011-2012, menjadi salah satu bagian dari skuad Persisam Putra Samarinda.
Lopi pun kembali ke Samarinda kala Borneo FC menggunakan jasanya di musim 2014-2015, sampai akhirnya ia kembali melanglang buana di beberapa klub di Indonesia. Terakhir, Lopi sempat membela Persib Bandung di musim 2019. Setelah itu namanya langsung menghilang.
Namun kini pria kelahiran 20 November 1983 tersebut kembali ke Kota Tepian. Namun statusnya jelas bukan sebagai pemain. Lopi datang untuk membantu tugas Mario Gomez sebagai asisten pelatih. Dan inilah kali pertama Lopi akan merasakan posisinya sebagai asisten pelatih di sebuah klub profesional, setelah sebelumnya menjadi seorang gelandang saat masih aktif bermain.
Menariknya, semua yang berkaitan dengan kariernya di Indonesia berawal dari Samarinda. "Ya, saya mulai karier pemain di Indonesia dari Samarinda dan sekarang mulai sebagi karier pelatih juga mulai dari Samarinda. Saya senang bisa kerja di tim seperti Borneo FC dan saya senang bisa belajar dari pelatih seperti Mario Gomez hingga staf pelatih yang lain, ujar Lopi.
Ucapan terima kasih pun langsung diarahkannya pada Nabil Husein Said Amin sebagai presiden klub. Menurutnya, sosok Nabil sangat perhatian pada nasib mantan pemain Borneo FC seperti dirinya. Apalagi Lopi memang ingin menjadi pelatih profesional.
Dan saya mendapatkan kesempatan itu di Borneo FC saat ini. Ucapan terima kasih untuk presiden tim Nabil Husein dan dan manajemen yang telah memberi saya kesempatan untuk bekerja di sini," ujarnya.
Ia mengakui akan merasakan hal berbeda saat statusnya sudah tak lagi sebagai pemain. Dulu lanjutnya, ia menjadi sosok yang selalu diminta memainkan skema dan taktik dari pelatih di lapangan. Namun kini ia ada di sisi lapangan membantu Gomez menjalankan taktiknya.
"Ada banyak perbedaan. Sebagai pelatih harus mengontrol 25 pemain untuk melihat semua orang bagaimana bekerja dan apa yang harus mereka perbaiki. Kalau dulu saya adalah bagian dari yang diperhatikan, apalagi saat pertandingan, terangnya.
Soal adaptasi, Lopi mengatakan sama sekali tak masalah. Sebab Samarinda disebutnya sudah menjadi rumah keduanya setelah Cetinje, sebuah kota Montenegro. "Untuk adaptasi saya tidak tidak perlu banyak waktu, karena saya sudah sangat mengenal Samarinda. Di sini sudah kenal banyak orang dan juga ada banyak teman-teman dari dulu," kata Lopi.
Lopi pun kembali ke Samarinda kala Borneo FC menggunakan jasanya di musim 2014-2015, sampai akhirnya ia kembali melanglang buana di beberapa klub di Indonesia. Terakhir, Lopi sempat membela Persib Bandung di musim 2019. Setelah itu namanya langsung menghilang.
Namun kini pria kelahiran 20 November 1983 tersebut kembali ke Kota Tepian. Namun statusnya jelas bukan sebagai pemain. Lopi datang untuk membantu tugas Mario Gomez sebagai asisten pelatih. Dan inilah kali pertama Lopi akan merasakan posisinya sebagai asisten pelatih di sebuah klub profesional, setelah sebelumnya menjadi seorang gelandang saat masih aktif bermain.
Menariknya, semua yang berkaitan dengan kariernya di Indonesia berawal dari Samarinda. "Ya, saya mulai karier pemain di Indonesia dari Samarinda dan sekarang mulai sebagi karier pelatih juga mulai dari Samarinda. Saya senang bisa kerja di tim seperti Borneo FC dan saya senang bisa belajar dari pelatih seperti Mario Gomez hingga staf pelatih yang lain, ujar Lopi.
Ucapan terima kasih pun langsung diarahkannya pada Nabil Husein Said Amin sebagai presiden klub. Menurutnya, sosok Nabil sangat perhatian pada nasib mantan pemain Borneo FC seperti dirinya. Apalagi Lopi memang ingin menjadi pelatih profesional.
Dan saya mendapatkan kesempatan itu di Borneo FC saat ini. Ucapan terima kasih untuk presiden tim Nabil Husein dan dan manajemen yang telah memberi saya kesempatan untuk bekerja di sini," ujarnya.
Ia mengakui akan merasakan hal berbeda saat statusnya sudah tak lagi sebagai pemain. Dulu lanjutnya, ia menjadi sosok yang selalu diminta memainkan skema dan taktik dari pelatih di lapangan. Namun kini ia ada di sisi lapangan membantu Gomez menjalankan taktiknya.
"Ada banyak perbedaan. Sebagai pelatih harus mengontrol 25 pemain untuk melihat semua orang bagaimana bekerja dan apa yang harus mereka perbaiki. Kalau dulu saya adalah bagian dari yang diperhatikan, apalagi saat pertandingan, terangnya.
Soal adaptasi, Lopi mengatakan sama sekali tak masalah. Sebab Samarinda disebutnya sudah menjadi rumah keduanya setelah Cetinje, sebuah kota Montenegro. "Untuk adaptasi saya tidak tidak perlu banyak waktu, karena saya sudah sangat mengenal Samarinda. Di sini sudah kenal banyak orang dan juga ada banyak teman-teman dari dulu," kata Lopi.