
Nabil Husein Said Amin: Perjuangan Kasta Asia
Bicara anak muda, terlintas pertanyaan standar. Apa yang bisa dilakukan anak muda sekaran? prestasi apa yang bisa dibanggakan? Apa andil mereka untuk perkembangan daerah? Mungkin, bagi sebagian orang, sederet pertanyaan tadi, tetaplah menjadi pertanyaan.
Tapi jangan coba samakan dengan anak muda kelahiran Samarinda, 4 Juni 1994 lalu ini. Meski usianya tergolong belia, dia mantap mengiyakan tantangan banyak orang termasuk orang tuanya sendiri untuk mengelola sebuah klub sepak bola baru di benua etam, Pusamania Borneo Football Club (PBFC). Tak tanggung-tanggung, klub bola yang bermarkas di Stadin Segiri itu ditargetkan menjadi salahsatu kekuatan baru sepak bola Kaltim, paling tidak bisa sejajar dengan seniornya seperti Persiba Balikpapan, Mitra Kukar dan Putra Samarinda.
Namanya Nabil Husein Said Amin, akrab disapa Nabil. Ya, dia putra dari pentolan Pemuda Pancasila sekaligus pengusaha kaliiber, Said Amins. Bisa dibilang Nabil adalah satu-satunya pemilik klub sepak bola termuda di Indonesia, bahkan di dunia. Keinginan yang kuat serta tingginya support dari keluarga mengantarkan Nabil tanpa ragu all out dengan klub sepak bola miliknya itu. "Pastinya orang tua support 100 persen, sekarang tinggal saya saja yang tak ingin mengecewakan dan membuat mereka bangga," harap pemuda berusai 20 tahun itu.
Pertanyaan mendasarpun muncul, Persisam yang kini berganti menjadi Pusam telah eksis. Apa alasan Nabil membangun klub baru? Apalagi dengan usianya yang muda, pasti banyak pihak yang bakal mencibir atau punya pandangan miring akan minimnya pengalaman memimpin klub sepak bola profesional.
"Saya merasa kurang puas dengan pengelolaan dan prestasi klub bola sebelumnya. Daya yakin putra daerah juga mampu mengelola klub sepak bola terlepas dari berapapun usianya. Profesionalisme tak mengenal batasan usia. Saya juga sekaligus ingin membuktikan bahwa jika dikelola baik, PBFC bisa lebih berprestasi dari yang pernah diraih sebelumnya oleh klub lokal lainnya," paparnya.
Seperti layaknya anak muda seusianya, selain berkaca dan menyerap ilmu dari tokoh sepak bola Kaltim lain seperti Aidil Fitro, Nabil juga terinspirasi games online football manager untuk 'membentuk' tim sendiri. "Dulu hanya bisa ngatur tim sdi game online. Alhamdulillah sekarang bisa mengatur langsung tim sendiri," jelasnya.
Selain dukungan dari sang orang tua, keluarga dan kerabat dekat, Nabil sadar, eksistensi suporter Puamania juga yang membuatnya lebih bersemangat mengelola PBFC. Semangat saya ini juga berkat dukungan suporter dan teman-teman saya yang mendukung penuh PBFC. Ada beberapa aksi unik mereka yang bukin saya tambah semangat untuk membangun tim ini," jelas penghobi sepak bola dan games ini.
Karir mulai moncer, bagaimana dengan pendididkan? Nabil paham, dengan posisinya saat ini, ia bakal keteteran membagi waktu antara tugas di klub dan tuntutan pendidikan. Tapi alumnus SMA Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta ini tetap ingin memperdalam Bahasa Inggris dan Arab-nya. Ia berencana pindah kuliah di Qatar tahun ini. "Sebelumnya saya kuliah di Sunway University Malaysia, ambil bahasa inggris dan bisnis manajemen, kemudian pindah ke Asian Pasific University di Malaysia juga," urainya.
Ia paham dengan konsekuensi pembagian waktu waktu bakal merepotkannya. Tetapi, kembali support keluarga, kerabat serta beberapa figure yang mendampinginya mengelola PBFC buatnya yakin bahwa tetap meneruskan pendidikan adalah keputusan tepat.
Tapi jangan coba samakan dengan anak muda kelahiran Samarinda, 4 Juni 1994 lalu ini. Meski usianya tergolong belia, dia mantap mengiyakan tantangan banyak orang termasuk orang tuanya sendiri untuk mengelola sebuah klub sepak bola baru di benua etam, Pusamania Borneo Football Club (PBFC). Tak tanggung-tanggung, klub bola yang bermarkas di Stadin Segiri itu ditargetkan menjadi salahsatu kekuatan baru sepak bola Kaltim, paling tidak bisa sejajar dengan seniornya seperti Persiba Balikpapan, Mitra Kukar dan Putra Samarinda.
Namanya Nabil Husein Said Amin, akrab disapa Nabil. Ya, dia putra dari pentolan Pemuda Pancasila sekaligus pengusaha kaliiber, Said Amins. Bisa dibilang Nabil adalah satu-satunya pemilik klub sepak bola termuda di Indonesia, bahkan di dunia. Keinginan yang kuat serta tingginya support dari keluarga mengantarkan Nabil tanpa ragu all out dengan klub sepak bola miliknya itu. "Pastinya orang tua support 100 persen, sekarang tinggal saya saja yang tak ingin mengecewakan dan membuat mereka bangga," harap pemuda berusai 20 tahun itu.
Pertanyaan mendasarpun muncul, Persisam yang kini berganti menjadi Pusam telah eksis. Apa alasan Nabil membangun klub baru? Apalagi dengan usianya yang muda, pasti banyak pihak yang bakal mencibir atau punya pandangan miring akan minimnya pengalaman memimpin klub sepak bola profesional.
"Saya merasa kurang puas dengan pengelolaan dan prestasi klub bola sebelumnya. Daya yakin putra daerah juga mampu mengelola klub sepak bola terlepas dari berapapun usianya. Profesionalisme tak mengenal batasan usia. Saya juga sekaligus ingin membuktikan bahwa jika dikelola baik, PBFC bisa lebih berprestasi dari yang pernah diraih sebelumnya oleh klub lokal lainnya," paparnya.
Seperti layaknya anak muda seusianya, selain berkaca dan menyerap ilmu dari tokoh sepak bola Kaltim lain seperti Aidil Fitro, Nabil juga terinspirasi games online football manager untuk 'membentuk' tim sendiri. "Dulu hanya bisa ngatur tim sdi game online. Alhamdulillah sekarang bisa mengatur langsung tim sendiri," jelasnya.
Selain dukungan dari sang orang tua, keluarga dan kerabat dekat, Nabil sadar, eksistensi suporter Puamania juga yang membuatnya lebih bersemangat mengelola PBFC. Semangat saya ini juga berkat dukungan suporter dan teman-teman saya yang mendukung penuh PBFC. Ada beberapa aksi unik mereka yang bukin saya tambah semangat untuk membangun tim ini," jelas penghobi sepak bola dan games ini.
Karir mulai moncer, bagaimana dengan pendididkan? Nabil paham, dengan posisinya saat ini, ia bakal keteteran membagi waktu antara tugas di klub dan tuntutan pendidikan. Tapi alumnus SMA Al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta ini tetap ingin memperdalam Bahasa Inggris dan Arab-nya. Ia berencana pindah kuliah di Qatar tahun ini. "Sebelumnya saya kuliah di Sunway University Malaysia, ambil bahasa inggris dan bisnis manajemen, kemudian pindah ke Asian Pasific University di Malaysia juga," urainya.
Ia paham dengan konsekuensi pembagian waktu waktu bakal merepotkannya. Tetapi, kembali support keluarga, kerabat serta beberapa figure yang mendampinginya mengelola PBFC buatnya yakin bahwa tetap meneruskan pendidikan adalah keputusan tepat.