Banjir Sanksi di Putaran Kedua Emosional Pesut Etam Diuji

Tekanan badai yang menerpa Borneo FC Samarinda perlahan berkurang. Denda Rp 650 juta oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI direvisi menjadi Rp 250 juta. Empat laga kandang usiran juga dipangkas separuhnya.


Upaya banding atas hukuman empat laga kandang usiran berhasil diterima. Meski terpangkas menjadi dua, Borneo FC Samarinda diwajibkan membayar denda Rp 250 juta.


Menukil hal itu, Manajer Borneo FC Samarinda Farid Abubakar bisa sedikit lega. Pasalnya, tim sangat dirugikan bila bermain empat home namun tidak di Stadion Segiri. Pemasukan dari tiket penonton sangat membantu biaya operasional klub.


"Kalau harus main di luar, sangat merugikan klub. Biasanya main kandang ada pemasukan, justru sebaliknya," ujar Farid.


Sebenarnya tim berjuluk Pesut Etam cukup kalem di awal musim. Namun banyaknya ketidak adilan yang didapat, membuat tensi emosional terlecut.


Juru taktik di awal musim yakni Dragan Djukanovic sempat terkena larangan mendampingi tim sebanyak dua laga. Saat bertandang ke markas Bali United, dia diduga mengintervensi wasit setelah laga. Padahal menurut pengakuan pelatih asal Montenegro itu, dirinya hanya bertanya tentang keputusan yang dianggap tidak adil. Rp 10 juta harus dibayarkan klub sebagai pelengkap hukumannya.


Putaran pertama memang menjadi rintangan berat Borneo FC Samarinda yang mendapat jadwal tidak seimbang antara kandang dan tandang. Lebih banyak main di luar, tekanan tim bertambah karena tidak pernah menang saat away.


Nasib baiknya, Pesut Etam teramat tangguh dengan memenangkan tujuh laga kandang di putaran pertama. Tanpa satu pun tim tamu berhasil mencuri poin di Stadion Segiri. Capaian itu jadi salah satu yang bisa dibanggakan Borneo FC Samarinda.


Selain rekor tujuh kemenangan kandang di putaran pertama, Stadion Segiri yang sepi penonton amat ramah bagi kubu tamu. Suporter Pusamania juga memberikan suntikan motivasi atraktif di tribun tanpa ricuh.


"Sebenarnya Borneo FC Samarinda tim yang kalem. Kami selalu respek dengan apa pun kebijakan yang diterapkan. Tapi tetap bisa kecewa kalau dicurangi," sebut Farid.


Hukuman teranyar ialah presiden klub Nabil Husein Said Amin yang diduga melakukan intervensi kepada wasit. Lagi-lagi melawan Bali United namun di putaran kedua saat bersikap sebagai tuan rumah.


Tanpa bukti yang jelas, Nabil diduga kuat melakukan pembicaraan yang tidak baik dengan wasit. Padahal menurut pengakuan pria 23 tahun itu, dirinya hanya mencoba berkomunikasi. Tanpa ada niatan mencederai pengadil lapangan.


Namun keputusan Komdis sudah bulat demi menjaga integritas pengadil lapangan. Borneo FC Samarinda harus menerima pil pahit larangan dua laga kandang usiran. Hukuman yang lebih ringan dari yang awalnya empat kali.


"Kami dari manajemen siap jalankan hukuman dari Komdis," imbuh Farid.


Terpisah, pelatih Borneo FC Iwan Setiawan tidak ingin mempermasalahkan hukuman berlebihan. Menurutnya, bermain di mana saja eks juru taktik Persebaya Surabaya itu siap memberikan kemenangan.


"Kami fokus saja untuk bertanding. Anggap saja ini tantangan," sebut Iwan.