
Imbas Dihentikannya Kompetisi Aldair Ingin Kuliah, Fandi Ahmad Pikirkan Ikut Tarkam
Dihentikannya kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2015 membuat pemain Pusamania Borneo FC (PBFC) harus berpikir ulang apa yang harus dilakukannya ketika tak ada lagi pertandingan yang bisa dijalaninya bersama PBFC.
Paling tidak ia harus mencari aktivitas lain agar melupakan kesedihan dan kegelisahnnya sebagai dampak dari berhentinya kompetisi yang baru berjalan seumur jagung ini. Rencana terdekat ia akan lebih dulu berangkat ke Jakarta untuk melakukan check up dan menyembuhkan cedera yang pernah dialaminya, setelah itu jika masih belum ada kejelasan kompetisi maka dirinya akan pulang ke kampung halamannya di Manado.
Dikota tersebut ia berniat melanjutkan pendidikan dan mendaftar ke perguruan tinggi, menjalankan rencana yang sebelumnya sempat ditunda, dan mungkin jurusan olahraga adalah bidang ilmu yang akan dipelajarinya sehingga tak jauh-jauh dengan aktivitas sebelumnya. "Kalau liga tak bergulir rencana mau kuliah mungkin ambil jurusan olahraga, saya mau jadi pelatih," katanya.
Lain dengan halnya Fandi Ahmad, pemain jebolan Diklat Mandau Bontan itu mengatakan saat ini belum bisa berpikir apa yang harus dilakukan untuk menghidupi keluarganya, apalagi ia baru saja dikaruniai seorang anak yang tentu saja membutuhkan biaya besar.
Satu-satunya keahlian yang dimilki hanya bermain sepak bola. Karena itu kemungkinan besar ia akan memikirkan tawaran untuk bermain pada level tarkam, untuk mendapatkan penghasilan.
"Belum ada kepikiran mau berbuat apa cuma berharap liga diputar kembali, kalau tidak ada terpaksa main tarkam lagi, saat ini ada tawaran main di Walikota Cup di Bontang cuma saya bilang nanti dulu," katanya.
Sekarang ia cuma berharap agar para petinggi-petinggi yang bertikai bisa segera menyelesaikan masalah ini dan kompetisi digulirkan kembali. Karena dari lapangan hijau inilah ia dan ribuan pemain lainnya menggantungkan hidup untuk membiayai keluarga.
Paling tidak ia harus mencari aktivitas lain agar melupakan kesedihan dan kegelisahnnya sebagai dampak dari berhentinya kompetisi yang baru berjalan seumur jagung ini. Rencana terdekat ia akan lebih dulu berangkat ke Jakarta untuk melakukan check up dan menyembuhkan cedera yang pernah dialaminya, setelah itu jika masih belum ada kejelasan kompetisi maka dirinya akan pulang ke kampung halamannya di Manado.
Dikota tersebut ia berniat melanjutkan pendidikan dan mendaftar ke perguruan tinggi, menjalankan rencana yang sebelumnya sempat ditunda, dan mungkin jurusan olahraga adalah bidang ilmu yang akan dipelajarinya sehingga tak jauh-jauh dengan aktivitas sebelumnya. "Kalau liga tak bergulir rencana mau kuliah mungkin ambil jurusan olahraga, saya mau jadi pelatih," katanya.
Lain dengan halnya Fandi Ahmad, pemain jebolan Diklat Mandau Bontan itu mengatakan saat ini belum bisa berpikir apa yang harus dilakukan untuk menghidupi keluarganya, apalagi ia baru saja dikaruniai seorang anak yang tentu saja membutuhkan biaya besar.
Satu-satunya keahlian yang dimilki hanya bermain sepak bola. Karena itu kemungkinan besar ia akan memikirkan tawaran untuk bermain pada level tarkam, untuk mendapatkan penghasilan.
"Belum ada kepikiran mau berbuat apa cuma berharap liga diputar kembali, kalau tidak ada terpaksa main tarkam lagi, saat ini ada tawaran main di Walikota Cup di Bontang cuma saya bilang nanti dulu," katanya.
Sekarang ia cuma berharap agar para petinggi-petinggi yang bertikai bisa segera menyelesaikan masalah ini dan kompetisi digulirkan kembali. Karena dari lapangan hijau inilah ia dan ribuan pemain lainnya menggantungkan hidup untuk membiayai keluarga.