Meski Dihantui Hukuman Keberanian (Djuka) Layak Diapresiasi

Siapakah sosok pelatih yang paling sering mengkritik tata kelola kompetisi sepak bola tanah air saat ini? Semua mungkin sepakat, Dragan Djukanovic orangnya.


Ya, Ocehan pria paruh baya yang kini menukangi klub sepakbola asal Samarinda, Pusamania Borneo FC (PBFC) ini, merupakan sosok pelatih yang paling sering melancarkan protes.


Bahkan, atas reaksinya tersebut, sederet hukuman rela diterimanya. Tak hanya denda berupa materi, hukuman larangan tampil pun dia dapatkan. Terbaru dia dilarang mendampingi timnya melawan PSM Makassar, Jumat (21/10) besok. Ini merupakan hukuman ketiganya, setelah sebelumnya tak diperbolehkan hadir dipinggir lapangan saat PBFC kontra Bali United dan Persiba Balikpapan.


"Saya berterimakasih dengan para pemain, selama empat bulan ini, mereka sangat berjuang sangat keras, karena setiap pekannya kami selalu melawan 14 orang dan setiap pekan juga kami melawan wasit, seharusnya mereka malu karena terus merampok poin kami, dan seharusnya mereka di penjara karena selalu merampok," kritik pria yang pada masa mudanya pernah membela timnas Yugoslavia itu.


Konon, akibat komentar itulah Djuka dihukum. Dia dianggap melakukan provokasi dihadapan media massa. Pihak operator kompetisi pun meradang. Alhasil, hukuman dan hukuman terus didapatnya. Sebuah resiko, atas sikap Djuka yang tak mau tunduk diatas kesalahan.


Lalu, jerakah dia? oh tidak. Bahkan hingga saat ini, pelatih berlisensi UEFA Pro itu tetap dengan sikapnya yang kritis. "Soal wasit itu bukan problem saya, itu problem federasi untuk memperbaikinya. Saya baru disini, tapi saya dengar ini bukan lagi persoalan baru. Yang jelas opini saya soal wasit di Indonesia itu tidak berkualitas, dan saya tidak akan pernah merubah pandangan ini sampai akhirnya saya melihat adanya perbaikkan," tegas Djuka.


Djuka memang keras, ya dia keras layaknya tameng yang siap dengan segala benturan. Namun, diterangkannya, aksi protesnya kepada wasit selama ini tergolong wajar. "Selama ini saya hanya bertanya, bukan memukul mereka (wasit), apakah salah saya bertanya akibat kesalahan yang mereka perbuat?," papar Djuka lagi.


Tak hanya wasit, sikap Djuka yang melakukan kritik terhadap perubahan sepihak yang sering dilakukan pihak operator dengan alasan memproteksi keinginan sponsor juga menjadi bumbu perlawanannya, terhadap sistem tata kelola sepak bola Indonesia yang amburadul.


"Saya mempertanyakan siapa yang akan datang pada pertandingan derby jika pertandingan dimulai jam 15.00? karena ini adalah hari kerja. Mereka tidak peduli tentang sepak bola, mereka hanya peduli soal uang. Faktor keamanan para pemain yang tentunya sangat bahaya jika bermain di cuaca sangat panas," tanyanya.


Sebenarnya Djuka justru layak dipuji. Ya, pujian karena berani melawan arus untuk perbaikkan. Bahkan situs sepak bola online indosoccer.id yang berbasis di Depok, memberikan penghargaan setinggi-tingginya atas luapan protes pria paruh baya itu, yang dilakukannya di media, maupun di akun social media pribadinya.


Ia diibaratkan seorang martir, juga garda terdepan untuk perbaikan tata kelola sepak bola di tanah air yang selama ini memang amburadul. Mereka menilai, seharusnya ocehan Djuka yang kenyang pengalaman melatih tim-tim Eropa bisa menjadi cambuk agar kompetisi di Indonesia berbenah. Bukankah kiblat sepak bola tanah air saat ini digembar-gemborkan juga merujuk sistem tata kelola liga Eropa? jika benar, kenapa harus alergi dengan protes yang dilakukan pelatih pemegang lisensi UEFA Pro?.


Hukuman yang terus menerus diberikan pihak operator terhadap pelatih Dragan Djukanovic tak berbanding lurus terhadap semangat perbaikkan sepak bola nasional yang didengungkan. Bahkan, PT GTS yang dikelola oleh orang-orang yang katanya 'pengalaman di sepak bola' ini justru malah dianggap anti kritik.


Padahal semestinya, sebagai operator liga yang banyak diisi oleh 'orang-orang lama', mereka harus bisa menerima banyak masukan. Baik kritik atau saran, agar lebih baik ke depannya. Masih disitus yang sama, dijabarkan pula, "Jika seorang asing saja peduli, kok kita (seperti) diam-diam saja dengan keanehan ini. Mereka juga mengingatkan, liga yang baik akan menghasilkan timnas yang tangguh. Dari sini, dapat disimpulan bahwa saran dari Dragan seharusnya disikapi dengan pikiran yang jernih dan jiwa yang lapang bukan berbuntut sanksi dan tumpukan denda," pungkas mereka.