
Protes Soal Wasit Pelatih PBFC Dihukum GTS
Pelatih kepala Pusamania Borneo FC (PBFC), Dragan Djukanovic, lagi-lagi mendapatkan hukuman dari operator Indonesia Soccer Championship (ISC) A, PT Gelora Trisula Semesta (GTS).
Melalui Komisi Disiplin, GTS menerangkan Dragan Djukanovic dilarang mendampingi PBFC saat kontra PSM Makassar, Jumat (21/10) mendatang karena dianggap terlalu berlebihan memprotes keputusan wasit.
Tak hanya Dragan Djukanovic, asisten pelatihnya, Rade Novovic juga mendapatkan hukuman. Rade dianggap melakukan provokasi pada pertandingan terakhir di Gresik.
"Pertama kali saya terjun di sepak bola, saya dibekali arti respek dan fairplay. Tapi jika mempertanyakan sebuah hal yang tidak benar, dan kamu dihukum karena itu, jadi siapakah sebenarnya yang salah?," sahut Dragan Djukanovic.
"Bertahun-tahun saya melatih klub sepak bola, di banyak negara, baru kali ini saya mendapatkan hukuman, ini lucu," tambah pria berusia 47 tahun itu.
Ini merupakan larangan ketiga kalinya bagi pelatih asal Montenegro itu, sebelumnya saat kontra Bali United dan Persiba Balikpapan, pelatih berlisensi UEFA Pro ini juga dilarang mendampingi skuad Pesut Etam dari pinggir lapangan.
Sebelum dihukum tak boleh mendampingi timnya, Djuka lebih dahulu didenda Rp10 juta akibat reaksinya memprotes buruknya kualitas sang pengadil. "Saya melakukan protes karena ada hal yang tidak benar dan itu terus berulang, seakan tidak ada pembelajaran. Jika saya lihat ini benar, saya tidak mungkin protes, saya pasti terima," tambahnya.
Sementara itu, Abe Hedly, Head Media Officer PBFC, menyayangkan sikap operator yang hanya bisa menghukum tanpa berniat serius mengusut penyebab pihaknya melakukan protes kepada wasit.
"Saat kami mempertanyakan keputusan wasit, mereka dengan bangga bilang, laporkan saja kalau tidak puas, disatu sisi kami dipaksa harus diam melihat ketidak becusan mereka. Kamipun sudah melakukan protes tertulis terhadap buruknya kepemimpinan mereka (wasit) dan faktanya, setiap pertandingan kami selalu menemukan kejadian yang sama," ujarnya.
Buruknya kualitas wasit di ISC A memang seperti hantu yang kerap membayangi perjuangan skuad Pesut Etam. Tak hanya kalah dan imbang, saat menang pun, tim juara Divisi Utama 2014 dan Piala Gubernur Kaltim ini kerap mengeluhkan buruknya kepemimpinan wasit.
"Ini sangat merugikan kami. Kalau protes malah dihukum, ini lucu. Apakah sepak bola Indonesia mau begini terus? jangan harap negara kita punya prestasi kalau begini terus, ini miris sekali," pungkasnya.
Melalui Komisi Disiplin, GTS menerangkan Dragan Djukanovic dilarang mendampingi PBFC saat kontra PSM Makassar, Jumat (21/10) mendatang karena dianggap terlalu berlebihan memprotes keputusan wasit.
Tak hanya Dragan Djukanovic, asisten pelatihnya, Rade Novovic juga mendapatkan hukuman. Rade dianggap melakukan provokasi pada pertandingan terakhir di Gresik.
"Pertama kali saya terjun di sepak bola, saya dibekali arti respek dan fairplay. Tapi jika mempertanyakan sebuah hal yang tidak benar, dan kamu dihukum karena itu, jadi siapakah sebenarnya yang salah?," sahut Dragan Djukanovic.
"Bertahun-tahun saya melatih klub sepak bola, di banyak negara, baru kali ini saya mendapatkan hukuman, ini lucu," tambah pria berusia 47 tahun itu.
Ini merupakan larangan ketiga kalinya bagi pelatih asal Montenegro itu, sebelumnya saat kontra Bali United dan Persiba Balikpapan, pelatih berlisensi UEFA Pro ini juga dilarang mendampingi skuad Pesut Etam dari pinggir lapangan.
Sebelum dihukum tak boleh mendampingi timnya, Djuka lebih dahulu didenda Rp10 juta akibat reaksinya memprotes buruknya kualitas sang pengadil. "Saya melakukan protes karena ada hal yang tidak benar dan itu terus berulang, seakan tidak ada pembelajaran. Jika saya lihat ini benar, saya tidak mungkin protes, saya pasti terima," tambahnya.
Sementara itu, Abe Hedly, Head Media Officer PBFC, menyayangkan sikap operator yang hanya bisa menghukum tanpa berniat serius mengusut penyebab pihaknya melakukan protes kepada wasit.
"Saat kami mempertanyakan keputusan wasit, mereka dengan bangga bilang, laporkan saja kalau tidak puas, disatu sisi kami dipaksa harus diam melihat ketidak becusan mereka. Kamipun sudah melakukan protes tertulis terhadap buruknya kepemimpinan mereka (wasit) dan faktanya, setiap pertandingan kami selalu menemukan kejadian yang sama," ujarnya.
Buruknya kualitas wasit di ISC A memang seperti hantu yang kerap membayangi perjuangan skuad Pesut Etam. Tak hanya kalah dan imbang, saat menang pun, tim juara Divisi Utama 2014 dan Piala Gubernur Kaltim ini kerap mengeluhkan buruknya kepemimpinan wasit.
"Ini sangat merugikan kami. Kalau protes malah dihukum, ini lucu. Apakah sepak bola Indonesia mau begini terus? jangan harap negara kita punya prestasi kalau begini terus, ini miris sekali," pungkasnya.